Monday 11 March 2013

Perbuatan dan Akibatnya

Perbuatan dan Akibatnya


Mungkin hal ini jarang dipercaya oleh orang-orang di dunia. Tapi bagi orang yang menjalankan ajaran Buddha dan Hindu atau ajaran yang lain percaya akan hal ini. Artikel ini lebih menyindir perbuatan dari pandangan Buddhis sendiri, karena kalau menurut pandangan Hindu pengetahuan penulis amatlah terbatas.

Perbuatan dalam bahasa Pali adalah Kamma dan dalam bahasa Sansekerta adalah Karma. Karma ini cukuplah terkenal, khususnya di Indonesia ketimbang Kamma bahasa Palinya. Seperti yang Buddha telah sabdakan di dalam Angutara Nikaya, "Para Bhikkhu, Aku menyatakan bahwa KEHENDAK(Cetana) adalah kamma. Sesudah timbul kehendak, seseorang berbuat dengan badan.jasmani, perkataan, atau pikiran." Apa yang Buddha sabdakan di atas adalah bahwa Buddha ingin menyampaikan jika ada seseorang INGIN melakukan sesuatu, itu sudah termasuk Kamma. Mengapa? Iya, karena keinginan itu adalah berpikir, dan berpikir itu adalah Kamma. Itulah sebabnya jika kita ingin melakukan hal yang buruk tapi belum melakukan sesuatu namun keinginan tersebut merupakan/termasuk Kamma buruk.



Pertanyaannya, apa saja sabda-sabda Buddha yang menyatakan bahwa perbuatan(Kamma) ini dapat timbal balik dengan kita?
Ada di dalam Samyutta Nikaya, Buddha bersabda, "Sesuai dengan benih yang ditabur, begitulah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburkanlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakannya."

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah yang Buddha telah sabdakan di atas itu benar?
Saya bisa berani berkata itu benar. Hukum Kamma ini selalu berjalan di dalam kehidupan setiap makhluk. Tak peduli ia percaya atau tidak, akan tetapi hukum tersebut akan tetap berjalan kepada mereka.


Hal ini dapatlah dibuktikan melalui pengalaman penulis. Mungkin ini terjadi secara kebetulan atau memang akibat (buah kamma) yang telah diperbuat.
Pada suatu ketika, saat pulang dari sebuah mall. Saya merasa iba dan kasihan dengan seorang pengemis, saya pun merogoh dompet saya dan mengambil uang Rp 500. Mungkin uang tersebut tidaklah begitu berarti bagi banyak orang, tapi bagi pengemis itu, Rp 500 adalah hal yang sangat berharga. Akhirnya saya berikan uang itu kepada si pengemis. Lalu, saya melihatnya senyum. Iya, ia tersenyum bersyukur. Saya pun berjalan dan amatlah terharu, saya pun merenung, saya hanya dapat memberikan saya tidak bisa memberi lebih, saya cukup kecewa namun saya juga turut berbahagia karena ia juga berbahagia atas pemberian saya. Saya juga berbahagia karena saya telah memberikannya kebahagiaan walau itu hanya kebahagiaan semu.
Keesokan harinya, mungkin kebetulan atau tidak. Paman saya datang ke rumah dan paman saya memberikan saya uang Rp 50.000. Saya pun bingung, karena keluarga saya juga ekonominya menengah ke bawah dan paman saya ini jarang atau bahkan mungkin tidak pernah memberi saya uang. Namun kali ini berbeda, paman saya memberikan uang. Saya pun bahagia.



Dari pengalaman saya tadi, menurut saya apa yang Buddha sabdakan itu benar benar terjadi. Ketika saya berdana kepada pengemis itu, saya merasakan kebahagiaan tak hanya itu, saya pun mendapatkan lebih dari apa yang saya keluarkan.

Kita sebagai manusia haruslah saling membantu agar kita dapat senantiasa berbahagia dan dapat semakin jauh dari penderitaan. Akan tetapi, lakukanlah kebajikan-kebajikan dengan tulus, ikhlas, dan tanpa pamrih. Jika kita pamrih, tidak ikhlas, kebahagiaan tidak akan datang kepada kita. Jadi kita sebagai manusia yang berakal budi haruslah bersikap tulus di segala perbuatan bajik dan ketika kita melakukan hal yang buruk, janganlah takut kita akan menerima hal yang buruk, jangan menyesal, karena hal itu akan membuat kita semakin terpuruk dan menderita. Alangkah lebih baik, kita tenang dan melakukan banyak kebajikan dengan tulus agar kejahatan yang telah kita perbuat dapat kita 'counter' atau kita lawan.

Semoga artikel ini bermanfaat, mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan.

Sumber inspirasi: "Buku Panduan Kursus Dasar Buddha Dhamma" Jakarta: Magabudhi

Akhir kata, semoga semua makhluk berbahagia. :) :D
Poskan komentar dengan
Poskan komentar dengan

No comments :